Pembahasan kali ini yaitu perihal tidak lanjut dari pendudukan Jepang di Indonesia, yaitu perlawanan rakyat Indonesia terhadap Jepang, perlawanan rakyat singaparna, perlawanan rakyat aceh dan usaha Indonesia melawan Jepang.
Selain mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia, Jepang juga melaksanakan eksploitasi sumber daya manusia. Semua itu demi kepentingan Jepang dalam Perang Pasifik. Segala bentuk penindasan dan eksploitasi Jepang telah memunculkan reaksi perlawanan dari bangsa Indonesia.
Perjuangan melalui organisasi merupakan jalan hening yang ditempuh untuk menghindari korban jiwa dari rakyat. Namun, ada juga beberapa tokoh yang bersemboyan ”Cinta kedamaian tetapi lebih cinta kemerdekaan”. Mereka menganggap perlawanan bersenjata akan lebih cepat mewujudkan kemerdekaan.
Perlawanan Aceh ini dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil. Penyerangan terpenting yaitu penyerangan di Cot Plieng yang terjadi pada tanggal 10 November 1942.
Dalam serangan pertama dan kedua, rakyat Aceh berhasil memukul mundur Jepang ke Lhoksumawe. Pada serangan ketiga, Jepang berhasil merebut Cot Plieng.
Kebencian rakyat semakin bertambah ketika Tengku Abdul Jalil gugur di tempat dikala sedang sembahyang. Setelah itu, pemberontakan Jangka Buya terjadi di bawah pimpinan T. Hamid.
Sebab perlawanan yaitu adanya perintah upacara Seikerei (penghormatan kepada kaisar Jepang dengan cara membungkuk ke arah matahari terbit) dan penderitaan akhir kesewenangan Jepang.
Kiai Zainal Mustofa kesannya ditangkap pada tanggal 25 Februari 1944 dan pada tanggal 25 Oktober 1944 ia dieksekusi mati.
Perlawanan terjadi pada bulan April 1944. Beberapa bulan kemudian tepatnya tanggal 30 Juli 1944 terjadi pemberontakan di Desa Cidempet, Kecamatan Loh Bener.
Pemberontakan ini merupakan pemberontakan terbesar pada masa pendudukan Jepang. Pada dikala itu Jepang sedang terdesak dalam Perang Pasifik. Untuk mengatasi pemberontakan ini, Jepang melaksanakan tipu muslihat.
Mereka menyerukan semoga pemberontak mengalah lantaran akan dijamin keselamatannya. Namun, ternyata para anggota PETA tetap menerima hukuman. Organisasi PETA ini selanjutnya dibubarkan.
Ya, rakyat Indonesia ingin membebaskan diri dari penindasan bangsa Jepang. Pemberontakan tersebut terjadi di Kalimantan, dipimpin oleh Pang Suma. Di Irian Barat, perlawanan dipimpin oleh L. Rumkorem melalui gerakan Koreri di kawasan Biak.
Dampak tersebut antara lain pendidikan dan latihan dalam banyak sekali organisasi ketentaraan yang melatih kedisiplinan serta dibentuknya banyak sekali forum sebagai persiapan ke arah kemerdekaan.
Pada masa Jepang ini usaha kemerdekaan makin memuncak dan kesadaran kebangsaan di kalangan rakyat semakin tinggi dan meluas. Cita-cita untuk hidup merdeka pun hadir di antara kehidupan rakyat pedesaan.
Dampaknya yaitu mulai eratnya semangat persatuan di antara bangsa Indonesia. Wujudnya yaitu munculnya banyak sekali organisasi kebangsaan Indonesia di banyak sekali daerah. Kaum nasionalis di Jawa dan Sumatra membentuk Kesatuan Melayu Muda (KMM).
Ketika para anggotanya ditangkap dan KMM dibubarkan oleh pemerintah pendudukan militer Jepang bulan April 1942, para anggota lainnya terus melanjutkan usaha dengan gerakan di bawah tanah melawan Jepang antara lain masuk Malaya Peoples Anti-Japanese Army (MPAJA). Sumber https://www.berpendidikan.com
Perlawanan Rakyat dan Pergerakan Kebangsaan di Berbagai Daerah
Pada awal kedatangannya, Jepang telah berhasil melaksanakan propaganda untuk menarik simpati bangsa Indonesia. Apakah kenyataannya ibarat itu?Selain mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia, Jepang juga melaksanakan eksploitasi sumber daya manusia. Semua itu demi kepentingan Jepang dalam Perang Pasifik. Segala bentuk penindasan dan eksploitasi Jepang telah memunculkan reaksi perlawanan dari bangsa Indonesia.
Perlawanan Rakyat di Berbagai Daerah
Kamu telah menyimak banyak sekali uraian mengenai usaha melalui organisasi yang dibuat Jepang (legal) dan gerakan bawah tanah (ilegal). Meskipun cara yang dilakukan berbeda, impian usaha mereka yaitu sama, yaitu kemerdekaan Indonesia.Perjuangan melalui organisasi merupakan jalan hening yang ditempuh untuk menghindari korban jiwa dari rakyat. Namun, ada juga beberapa tokoh yang bersemboyan ”Cinta kedamaian tetapi lebih cinta kemerdekaan”. Mereka menganggap perlawanan bersenjata akan lebih cepat mewujudkan kemerdekaan.
Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Jepang |
1) Perlawanan di Aceh
Perlawanan rakyat Aceh terjadi lantaran penderitaan yang dialami akhir kesewenangan Jepang. Rakyat Aceh banyak dikerahkan untuk romusha. Mereka diharuskan membangun parit, lapangan terbang, jalan, dan lain-lain.Perlawanan Aceh ini dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil. Penyerangan terpenting yaitu penyerangan di Cot Plieng yang terjadi pada tanggal 10 November 1942.
Dalam serangan pertama dan kedua, rakyat Aceh berhasil memukul mundur Jepang ke Lhoksumawe. Pada serangan ketiga, Jepang berhasil merebut Cot Plieng.
Kebencian rakyat semakin bertambah ketika Tengku Abdul Jalil gugur di tempat dikala sedang sembahyang. Setelah itu, pemberontakan Jangka Buya terjadi di bawah pimpinan T. Hamid.
2) Perlawanan di Singaparna (Tasikmalaya)
Pada bulan Februari 1944 di Singaparna terjadi perlawanan terhadap Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Kiai Zainal Mustofa.Sebab perlawanan yaitu adanya perintah upacara Seikerei (penghormatan kepada kaisar Jepang dengan cara membungkuk ke arah matahari terbit) dan penderitaan akhir kesewenangan Jepang.
Kiai Zainal Mustofa kesannya ditangkap pada tanggal 25 Februari 1944 dan pada tanggal 25 Oktober 1944 ia dieksekusi mati.
3) Perlawanan di Indramayu
Dengan alasan dan alasannya yang hampir sama, di Indramayu juga muncul pemberontakan terhadap Jepang. Pemberontakan tersebut terjadi di Desa Kaplongan.Perlawanan terjadi pada bulan April 1944. Beberapa bulan kemudian tepatnya tanggal 30 Juli 1944 terjadi pemberontakan di Desa Cidempet, Kecamatan Loh Bener.
4) Perlawanan di Blitar (Pemberontakan PETA)
Pada tanggal 14 Februari 1945 di Blitar terjadi pemberontakan yang dilakukan para tentara PETA (Pembela Tanah Air), di bawah pimpinan Supriyadi.Pemberontakan ini merupakan pemberontakan terbesar pada masa pendudukan Jepang. Pada dikala itu Jepang sedang terdesak dalam Perang Pasifik. Untuk mengatasi pemberontakan ini, Jepang melaksanakan tipu muslihat.
Mereka menyerukan semoga pemberontak mengalah lantaran akan dijamin keselamatannya. Namun, ternyata para anggota PETA tetap menerima hukuman. Organisasi PETA ini selanjutnya dibubarkan.
5) Perjuangan di Daerah-Daerah Lain
Perlawanan terhadap Jepang juga terjadi di banyak sekali kawasan lain di Indonesia. Kamu niscaya sanggup menyebutkan alasan pemberontakan-pemberontakan tersebut.Ya, rakyat Indonesia ingin membebaskan diri dari penindasan bangsa Jepang. Pemberontakan tersebut terjadi di Kalimantan, dipimpin oleh Pang Suma. Di Irian Barat, perlawanan dipimpin oleh L. Rumkorem melalui gerakan Koreri di kawasan Biak.
Pergerakan Kebangsaan di Berbagai Daerah
Invasi Jepang ke Indonesia selain berdampak negatif, ibarat romusha dan eksploitasi sumber daya penduduk, juga memiliki efek positif.Dampak tersebut antara lain pendidikan dan latihan dalam banyak sekali organisasi ketentaraan yang melatih kedisiplinan serta dibentuknya banyak sekali forum sebagai persiapan ke arah kemerdekaan.
Pada masa Jepang ini usaha kemerdekaan makin memuncak dan kesadaran kebangsaan di kalangan rakyat semakin tinggi dan meluas. Cita-cita untuk hidup merdeka pun hadir di antara kehidupan rakyat pedesaan.
Dampaknya yaitu mulai eratnya semangat persatuan di antara bangsa Indonesia. Wujudnya yaitu munculnya banyak sekali organisasi kebangsaan Indonesia di banyak sekali daerah. Kaum nasionalis di Jawa dan Sumatra membentuk Kesatuan Melayu Muda (KMM).
Ketika para anggotanya ditangkap dan KMM dibubarkan oleh pemerintah pendudukan militer Jepang bulan April 1942, para anggota lainnya terus melanjutkan usaha dengan gerakan di bawah tanah melawan Jepang antara lain masuk Malaya Peoples Anti-Japanese Army (MPAJA). Sumber https://www.berpendidikan.com
Buat lebih berguna, kongsi: