Pengertian Dan 5 Rujukan Puisi Sektet Dalam Bahasa Indonesia

Pengertian Dan 5 Contoh Puisi Sektet dalam Bahasa Indonesia. Puisi yaitu karya sastra yang berisi pedoman dan perasaan yang disampaikan dengan goresan pena tertentu dan iraa. Puisi mempunyai sejumlah jenis, salah satunya yaitu sektet. Sektet yaitu salah satu dari banyak puisi gres menurut bentuknya, selain referensi puisi distikon dan referensi puisi terzina. 

Sektet sendiri yaitu puisi gres yang setiap bait terdiri dari 6 baris. Agar pembaca lebih memahami jenis puisi ini, berikut beberapa referensi puisi sektarian dalam bahasa Indonesia yang sanggup dilihat di bawah ini.

 Contoh Puisi Sektet dalam Bahasa Indonesia Pengertian Dan 5 Contoh Puisi Sektet dalam Bahasa Indonesia


Contoh 1:

Ranjang Ibu*
Karya: Joko Pinurbo
Ia gemetar naik ke ranjang
sebab menginjak ranjang serasa menginjak
rangka badan ibunya yang sedang sembahyang.
Dan kalau sesekali ranjang berderak atau berderit,
serasa terdengar gemeretak tulang
ibunya yang sedang terbaring sakit.
(2004)

*Sumber: Joko Pinurbo, Selamat Menunaikan Ibadah Puisi, hlm 124.

Contoh 2:

Puasa*
Karya: Joko Pinurbo
– untuk Hasan Aspahani
Saya sedang mencuci celana yang pernah
saya pakain untuk mencekik leher saya sendiri.
Saa sedang mencuci kata-kata
dengan keringat yang saya tabung setiap hari.
Dari kamar mandi yang jauh dan sunyi
saya ucapkan selamat menunaikan Ibadah Puisi.
(2007)

*Sumber: ibid, hlm 152.

Contoh 3:

Bunda dan Anak*
Karya: Rustam Effendi
Masak Jambak,
buah sebuah
diperam alam di ujung dahan.
Merah darah
beruris-uris
bendera masak bagi selera.
Lembut umbut,
disantap sayap.
Keroak pipi pengobat haus.
Harum baun
sumarak jambak.
Di bawah pohon terjatuh raum
Lalu ibu
di pokok pohon.
Tersarung hidung, terjatuh mata
pada pala,
tinggal sepenggal.
Terpecik liur di bawah lidah.
Belum jambu
masuk direguk,
terkenang anak, terkalang dirangkung.
Dalam talam,
bunda bersimpan
menanti putra si bungsu sulung.
Anak lasak
tersera-sera.
Budan berlari mengambil jambu.
Ibu sungguh
buah sebuah,
sedapnya sama dirasa ibu.
Renguk sunut,
merajut… rajuk.
Bakhil disangka cintanya bunda.
Keluar pagar
jambu dilempar.
Ibu berdiam, mengurut dada.

*Sumber: Kepada Puisi, https://artikelgurupintar.blogspot.com//search?q=roestam-effendi-percikan-permenungan. (diakses pada 8 Februari 2018, pukul 15.18)

Contoh 4:

Kanjeng Nabi*
Karya: Candra Malik
Duh, kanjeng Muhammad.
Pagi ini saya murung sekali.
Muhammad yang kucintai
sedemikian dibenci
sampai ditelanjangi
dengan gambar hewani
dan disumpahserapahi.
Pagi ini saya murung luar biasa.
Muhammad yang kucinta
dibela membabi buta
sampai membunuhi manusia
dengan angkara murka
menyebut nama Tuhannya.
Entah hati, akal, atau apa.
Manusia tapi tidak manusiawi.
Entah Benci entah cinta.
Najis bercampur dengan suci.
Benar dan salah sekarang serupa.
Akal jadi brutal, hati jadi nyali.
Muhammad tak menyerupai itu.
Tidak gambarmu, tidak gambarku.
Dia hidup tenang dalam kalbu
meski dihina dari segala penjuru.
Dialah Muhammad yang kurindu
dan kubela tanpa membencimu.
8 Januari 2015

*Sumber: Candra Malik, Asal Muasal Pelukan, hlm 63-64.

Contoh 5:

Pendaratan Malam*
Karya: Sitor Situmorang
Tentara tak berbekal mendarat
Di malam disuburkan lapar
(Bila fajar bawa berita
Kayu apung istirahat mereka)
Tentara tak berbekal mendarat
Di malam disuburkan lapar

*Sumber: Sitor Situmorang, Dalam Sajak, hlm 42

Demikianlah beberapa referensi puisi sektet dalam bahasa Indonesia. Jika pembaca ingin mengetahui beberapa referensi dari jenis-jenis puisi gres lainnya, maka pembaca bisa membuka artikel referensi puisi balada, referensi puisi himne, referensi puisi romance, referensi puisi epik, referensi puisi dramatik, serta referensi puisi subjektif dan objektif. Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan bagi para pembaca sekalian, baik itu mengenai puisi khususnya, maupun bahasa Indonesia pada umumnya. Sekian dan terima kasih.

Sumber https://www.isplbwiki.net
Buat lebih berguna, kongsi:
close