Perang Ambarawa Dan Insiden Kidobutai

Pembahasan kali ini ialah perihal beberapa insiden di tempat dalam upaya usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia, yaitu insiden perang Ambarawa atau palagan ambarawa dan Insiden Kidobutai yang terjadi sesaat sehabis peristiwa perobekan bendera di hotel Yamato.

Insiden Ambarawa

Pendaratan pasukan Sekutu juga memancing meletusnya insiden Ambarawa. Semula pasukan disambut baik alasannya berniat mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah.

Bahkan tentara Sekutu yang dipimpin Brigjen Bethel itu menerima dukungan dari Gubernur Wongsonegoro.

Ketegangan antara TKR dan Brigadir Bethel terjadi sehabis tiga opsir Inggris dari Gurkha tertembak di Pandanaran. \

Pertempuran pun meletus ketika tentara Sekutu dan NICA membebaskan secara sepihak para interniran Belanda di Magelang pada tanggal 31 Oktober 1945.

Panglima Besar Jenderal Sudirman yang ketika itu berada di Purwokerto memerintahkan sebuah tim untuk meninjau front pertempuran.
Pembahasan kali ini ialah perihal beberapa insiden di tempat dalam  Perang Ambarawa dan Insiden Kidobutai
Foto: Panglima Besar Jendral Soedirman

Tim terdiri atas Gatot Subroto (Staf Divisi Purwokerto), Mayor Abimanyu (Staf Divisi Purwokerto), Letkol Isdiman (Komandan Resimen I/Purwokerto), dan Kapten Surono (ajudan Resimen I/Purwokerto).

Mereka kemudian mengadakan koordinasi dengan Divisi Sutarto dari Surakarta, Divisi Jatikusuno dari Semarang, Divisi Umar Slamet dari Yogyakarta.

Siasat yang dipakai untuk mengusir Sekutu dari Ambarawa ialah Nijptang atau menjepit menyerupai supit udang, secara serentak tanggal 12 Desember 1945.

Empat hari kemudian taktik ini berhasil mengusir Sekutu dari Ambarawa sampai mereka mundur ke Semarang.

Insiden Kidobutai

”Insiden Kidobutai” terjadi di Semarang. Mulanya, sekitar empat ratus veteran AL Jepang yang dipekerjakan untuk mengubah pabrik gula Cepiring menjadi pabrik senjata, memberontak, dan menyerang polisi Indonesia yang mengawal kepindahan mereka ke Semarang.

Mereka kemudian bergabung dengan Kidobutai (batalion Jepang di bawah Mayor Kido) dan melaksanakan perlawanan.

Ketegangan semakin meningkat sehabis terdengar gosip bahwa cadangan air minum di Candi telah diracuni, apalagi delapan polisi Indonesia yang menjaga tempat cadangan air minum tersebut dilucuti oleh orang-orang Jepang.

Perang pun pecah tanggal 15 Oktober 1945. Dua ribu pasukan Jepang dihadapi oleh TKR dan rakyat. Pertempuran paling seru terjadi di Simpang Lima dan gres reda tanggal 20 Oktober 1945 sehabis tentara Sekutu tiba dan melucuti tentara Jepang.

Perang itu sendiri makan korban dua ribu rakyat Indonesia (di antaranya dr. Karyadi, Kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat/ Purusara) dan seratus orang Jepang.


Sumber https://www.berpendidikan.com
Buat lebih berguna, kongsi:
close