Pengertian Dan Contoh Puisi Naratif dalam Bahasa Indonesia. Sebelumnya, kita telah mengenal beberapa pola jenis puisi, menyerupai contoh puisi epigram, pola puisi balada, pola puisi himne, pola puisi romance, pola puisi elegi, dan pola puisi ode.Dalam artikel ini, kita akan mengetahui beberapa pola puisi narasi.
Gagasan puisi narasi itu sendiri didefinisikan sebagai sebuah puisi yang berisi kisah di mana ada huruf dan kronologi bencana menyerupai paragraf naratif. Perbedaannya adalah, puisi narasi disampaikan dalam bentuk array atau bait per ayat, sedangkan paragraf narasi disampaikan dengan bentuk paragraf atau paragraf. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa pola puisi naratif dalam bahasa Indonesia.
Contoh 1:
Pertemuan Malam²
Karya: WS Rendra
Setelah meneguk getah rembulan tanggal pertama
aku berjalan tanpa tujuan di dalam hutan.
Kemudian wangi gandasuli menciptakan saya tertegun,
berdiri kaku di tengah semak belukar,
menghentikan nyanyian serangga malam.
Terpancang menyerupai si Gale-Gale
Tanpa pikiran dan perasaan.
Banyak duduk kasus tiba bersama,
tanpa alasannya yakni dan akibat.
Kemurungan menyelimuti diriku.
Seperti kabut menghalang pemandangan.
Itu pun tanpa makna.
Tanpa keterangan. Tanpa hubungan.
Bau gandasuli memenuhi paru-paru.
Membanjir ke dalam urat-urat darah.
Bahkan kemudian menjaid daging.
Ya, Allah, apakah saya mati sambil berdiri?
Cahaya bulan dan bintang-bintang
jatuh ke pohon-pohon yang sekadar pohon.
Serangga malam kembali bersuara sekadar suara.
Tidak ada apa-apa. Tidak ada apa-apa.
Tidak mengapa. Tidak bagaimana.
Sedetik dan seabad apa bedanya.
Tiba-tiba
dari kegelapan rumpun pohon-pohon jati emas
menyebar wangi tembakau yang wangi.
Lalu saya lihat kilatan kacamata.
Lalu kilatan senyum dengan gigi-gigi putih.
Dan kemudian muncul dari kegelapan
sosok badan yang gagah berpeci hitam
dan mantel malam berwarna cokelat tua.
Ayahandaku, paduka muncul tak terduga!
Apakah arti kehadiran Anda ini?
Apakah batas antara hidup dan mati
menjadi tipis lantaran cahaya rembulan?
Aku tidak mengharapkan pertemuan ini.
Aku ikhlaskan Anda istirah
di ranjang buaian maut Anda.
Kini, apakah yang akan Anda katakan?
Tanpa harapan. Tanpa keinginan.
Aku bangkit terpaku di bumi.
Apakah bahwasanya saya sudah mati?
Dan sekarang menjadi sebatang gandasuli?
………………………………
Rumah Sakit Cinere, 5 November 2003.
²WS Rendra, Doa Untuk Anak Cucu, (Yogyakarta, Bentang Pustaka:2016), hlm 48-49.
Contoh 2:
Matinya Sang Juara Tinju¹
Karya: Sitor Situmorang
Telah berlaku pula
Hukum dewata
Janganlah diberi nama
Dengarlah ceritanya
Cerita orang tua-tua
Kusampaikan pada pembaca
Di seluruh negeri populer ia juara
Juara yang selalu menang
Dan orang menyerah saja
Mendengar segala ceritanya
Tiada yang berani
Tiada yang mau
Membantah kata-katanya
Di kedai-kedai
Ketika minum tuak garang
Selain juara ia pemburu pula
Kalau bukan rusa, babi hutanlah mangsanya
Mana juara, pula pemburu
Pandai menari
Membuat goresan indah sekali
Serta memetik kecapi . . .
Ia suka mabuk
Dan kalau ia mengutuk
Tak ada yang tak kena
TApi dari segala mangsa
Istrinya yang paling menderita
Dua anak dilahirkan
Satu laki, satu perempuan
Satu pun tak ada kesukaan bapaknya
Berkata orang: “Mana ‘kan pula
Anak lahir, bapak di penjudian.”
…………………………………………………….
¹Sitor Situmorang, Dalam Sajak, (Bandung, Pustaka Jaya:2016), hlm 20-21.
Demikianlah beberapa pola puisi naratif dalam bahasa Indonesia. Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan bagi para pembaca sekalian, baik itu di ranah puisi khususnya, maupun bahasa Indonesia pada umumnya. Sekian dan terima kasih.
Buat lebih berguna, kongsi: