Pengertian Dan 3 Teladan Puisi Satirik Dalam Bahasa Indonesia

Pengertian Dan 3 Contoh Puisi Satirik dalam Bahasa Indonesia. Puisi yaitu karya sastra yang berisi ungkapan pikiran dan perasaan seseorang yang mengandung unsur suara dan makna di dalamnya. Puisi sanggup berupa tema apa saja dan dipakai untuk apa saja, salah satunya yaitu menyindir dan mengkritik kondisi sosial-politik yang terjadi di masyarakat. 

Ada satu jenis puisi yang bisa dipakai untuk melaksanakan fungsi, yaitu satirik puisi. Puisi ini memang mengandung sindiran atau kritik untuk hal-hal yang berbau politik sosial. Untuk mengetahui menyerupai apa bentuk puisi satir itu, berikut beberapa contohnya.

 Contoh Puisi Satirik dalam Bahasa Indonesia Pengertian Dan 3 Contoh Puisi Satirik dalam Bahasa Indonesia


Contoh 1:
Pertanyaan Penting³
Karya: WS Rendra

Indonesia indah melimpah.
Di samping sumur pohon jambu berkembang.
Di maritim ikan cakalang dan lumba-lumba.
Lalu kenapa kau bunuh Marsinah?
Kenapa kau bunuh para petani di Sampang, Madura?
Apakah tak kau lihat kupu-kupu menari?
Ayam berkotek dan burung bernyanyi?

Wahai kau ksatria yang perkasa!
Kenapa kau bunuh Marsinah?
Apakah derita buruh-buruh mengganggu tidur siangmu?
Kenapa kau bunuh para petani di Sampang?
Apakah kau ksatria yang membela penindasan?

Apakah kau tidak pernah membayangkan
dengas erang ibumu
waktu dia melahirkan kamu?
Apakah kau tak pernah lihat aadikmu menari,
dan mendengar nenekmu menembang?
Kenapa kau jarah nyawa Marsinah?
kamu jarah nyawa petani di Sampang,
yang berjuang untuk hak nafkahnya
yang sesuai dengan undang-undang?
Sedang dengan bergairah kau membela
Para cukong yang menjarah ekonomi bangsa.

Wahas para ksatria perkasa,
di mana kampung halamanmu?
Siapakah ibumu?
Siapa saudara dan saudarimu?

Waktu uang rakyat dibawa lari ke luar negeri,
waktu daula aturan dikhianati,
dan daulat rakyat dijarah oleh tirani,
di mana kami berdiri, ksatriaku?

Kenapa kau bunuh Marsinah?
Kenapa kau bunuh para petani di Sampang, Madura?
Kenapa kau bunuh Udin, Moses,
dan di Trisakti 4 orang mahasiswa?
Siapakah ibumu, para ksatria?
………………………………………………..
Surabaya, 21 Juni 1998

³WS Rendra, Doa untuk Anak Cucu, (Yogyakarta, Bentang Pustaka:2016), hlm 25-26.

Contoh 2:
Otak Sudah ke Dengkul¹
Karya: Candra Malik

Jika tiba-tiba kami melawan,
itu sebab lapar t’lah dibangunkan,
dan perut kami yang lengket
menagih waktu untuk cerewet.

Jika mendadak kami protes,
itu sebab minum tinggal setets,
dan kantong kami yang kempes
tak berpengaruh lagi membeli segelas es.

Jika kami serentak berdemo,
itu sebab mata bosan melongo,
dan tampang kami yang bego
ingin juga berlagak sontoloyo.

Jika kami bersegera kumpul,
itu sebab otak sudah ke dengkul,
dan logika kami yang tumpul
tidak mau lagi dipaksa mandul.
April 2016

¹Candra, Asal Muasal Pelukan, (Yogyakarta, Bentang Pustaka:2016), hlm 132.

Contoh 3:
Itukah Kita?²
Karya: Candra Malik

Sedikit baca,
banyak bicara,
apakah itu logika?

Sedikit menulis,
banyak analisis,
apakah itu logis?

Tapi itulah kita:
menua belaka,
tak mendewasa.

Ya, itulah kita:
merasa bisa,
sok bijaksaa

26 Maret 2016
²Ibid, hlm 110.

Demikianlah beberapa pola puisi satirik dalam bahasa Indonesia. Jika pembaca ingin membuka beberapa pola puisi lainnya, pembaca bisa membuka artikel pola puisi singkat, pola puisi epigram, pola puisi balada, pola puisi himne, pola puisi ode, pola puisi romance, pola puisi elegi, pola puisi naratif, pola puisi deskriptif pendek, dan pola puisi lirik. Adapun pembahasan kali ini dicukupkan saja hingga di sini. Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan pembaca sekalian, baik itu di dalam ranah puisi khususnya, maupun bahasa Indonesia pada umumnya.

Sumber https://www.isplbwiki.net
Buat lebih berguna, kongsi:
close