Pengertian Dan Contoh Puisi Balada dalam Bahasa Indonesia. sebelumnya, kita sudah mengetahui beberapa pola puisi pendek, pola 3 bait puisi wacana Ibu, pola 3 ayat puisi wacana para sahabat, dan pola puisi epigram. Kali ini, kita akan tahu pola puisi dari jenis puisi lain, yaitu puisi balada. Puisi ini yakni puisi yang berisi dongeng wacana seseorang atau suatu peristiwa. Selain itu, puisi ini juga termasuk salah satu dari banyak sekali puisi gres menurut isinya.
Untuk mengetahui lebih baik ibarat apa puisi balada, berikut beberapa pola puisi balada dalam bahasa Indonesia.
Contoh 1:
Di Mana Kamu, De’Na?²
Karya: WS Rendra
Akhirnya isu itu hingga kepada saya:
gelombang tsunami setinggi 23 meter
melanda rumahmu.
Yang tersisa hanyalah puing-puing belaka.
Di mana kamu, De’Na?
Sia-sia teleponku mencarimu.
Bagaimana kamu, Aceh?
Di TV kulihat mayat-mayat
yang bergelimpangan di jalan.
Kota dan desa-desa berantakan.
Alam yang murka
manusia-manusia terdera
dan sengsara.
Di mana kamu, De’Na?
Ketika tsunami melanda rumahmu
apakah kau lagi bersenam pagi
dan ibumu yang janda
lagi membersihkan kamar mandi?
De’Na, kita tak punya pilihan
untuk hidup dan mati.
Namun untuk yang hidup
kehilangan dan kematian
selalu menjadikan kesedihan.
Kecuali kesedihan, selalu ada pertanyaan:
kenapa hal itu mesti terjadi
dengan akhir yang menimpa kita?
Memang ada kedaulatan manusia, De’Na.
Tetapi lebih dulu
sudah ada daulat alam.
Dan sekarang kesedihanku yang dalam
membentur daulat alam.
Pertanyaanku wacana nasib ini
merayap mengitari alam mistik yang sepi.
De’Na! De’Na!
Kini kau jadi bab misteri
yang gelap dan sunyi.
Hidupku terasa rapuh
oleh duka, amarah, dan rasa lumpuh.
Tanpa kejernihan dalam kehidupan
bagaimana insan dapat berdamai
dengan kematian?
………………………………………..
Radio Female, Jakarta, 29 Desember 2004
²WS Rendra, Doa Untuk Anak Cucu (Yogyakarta, Bentang Pustaka: 2016), hlm 55-56.
Contoh 2:
Dongeng Marsinah¹
Karya: Sapardi Djoko Damono
/1/
Marsinah buruh pabrik arloji
mengurus presisi:
merakit jarum, sekrup, dan roda gigi;
waktu memang tak pernah kompromi
ia sangat cermat dan pasti.
Marsinah itu arloji sejati,
tak lelah berdetak
memintal kefanaan
yang abadi:
“kami ini tak banyak kehendak
sekadar hidup layak,
sebutir nasi.”
/2/
Marsinah, kita tahu, tak bersenjata,
ia hanya suka merebus kata
sampai mendidih,
lalu meluap ke mana-mana.
“Ia suka berpikir,” kata Siapa,
“itu sangat berbahaya.”
Marsinah tak ingin menyulut api,
ia hanya memutar jarum arloji
agar sesuai dengan matahari.
“Ia tahu hakikat waktu,” kata Siapa,
“dan harus dikembalikan
ke asalnya, debu.”
/3/
Di hari baik bulan baik,
Marsinah dijemput di rumah tumpangan
untuk suatu perhelatan.
Ia diantar ke rumah Siapa,
a disekap di ruang pengap,
ia diikat di kursi,
mereka kira waktu dapat disumpal
agar lengkingan detiknya
tidak kedengaran lagi.
Ia tidak diberi air,
ia tidak diberi nasi,
detik pun gerah
berloncatan ke sana ke mari.
Dalam perhelatan itu,
kepalanya ditetak,
selangkangannya diacak-acak,
dantubuhnya dibirulebamkan
dengan besi batangan.
Detik pun tergeletak,
Marsinah pun abadi.
…………………………………….
(1993-1996)
¹Sapardi Djoko Damono, Melipat Jarak, (Gramedia, Jakarta:2015), hlm7-8.
Demikianlah beberapa pola puisi balada dalam bahasa Indonesia. Jika pembaca ingin membaca contoh-contoh puisi lainnya, pembaca dapat membuka artikel pola puisi usang seloka, pola puisi usang mantra, pola puisi usang syair, pola puisi kontemporer supra kata, pola puisi kontemporer mbeling, pola puisi kontemporer tiipografi, dan pola puisi kontemporer multilingual. Untuk pembahasan kali ini dicukupkan saja hingga di sini. Semoga bermanfaat untuk para pembaca sekalian.
Buat lebih berguna, kongsi: